Hai para kawan setia doktersakit (saya) hehe, kali ini saya akan sedikit mengangkat topik yang mungkin ringan tapi tetap dengan tidak meninggalkan kesan berbagi informasi kepada para kawan netizens semuanya. Mungkin sudah terlihat pada judul postingan saya, bahwa saya melontarkan pertanyaan, kata manakah yang lebih halus atau pantas dipergunakan untuk menyebut istilahnya orang - orang yang memiliki kemampuan yang berbeda atau dalam kasarnya orang cacat.
Disabilitas, pertanyaan ini terus muncul ketika saya merasa risau mendengar berbagai pemberitaan terutama di negara saya tinggal, bahwa tingkat diskriminasi terhadap para penyandang difabilitas ini sempat menjadi fokus pembicaraan media beberapa waktu lalu bahkan para blogger walaupun tidak terlalu diekspos dalam hal ini. Saya sebagai seorang pemuda yang mungkin masih ceplas ceplos, menangkap hal ini sebagai tindak diskriminatif baik secara lisan maupun fisik.
Jika kita sedikit melihat kebelakang sebenarnya beberapa waktu belakangan ini masyarakat kita sebenarnya sudah paham dan lebih cerdas dalam memandang orang disekitarnya yang mungkin memiliki kekurangan atau biasa disebut cacat dalam bahasa kasarnya. Nah, permasalahannya kini setelah masyarakat kita sudah cerdas memandang orang yang biasa disebut dalam bahasanya adalah cacat dan akhirnya diganti disabilitas yang juga sempat saya tulis pada postingan saya sebelumnya. Dan kini ada pemikiran baru yang juga menampar saya dalam hal berfikir kritis dalam hal ini saya tertampar oleh tulisan Pak Ahmad Juwaini. Sedikit mengutip dari tulisan Pak Ahmad Juwaini, beliau memaparkan bahwa :
"Dalam konstruksi cara pandang disabilitas, maka kita akan memandang mereka sebagai orang-orang yang tidak memiliki kemampuan, tidak berguna dan hanya menjadi beban bagi masyarakat. Sementara dalam cara pandang difabilitas, kita memandang bahwa di balik kekurangan yang mereka miliki, tersimpan kemampuan lain yang juga mereka miliki. Dalam paradigma difabilitas, kita didorong untuk menemukan sekaligus memfasilitasi kemampuan (tersembunyi) yang dimiliki oleh para penyandang disabilitas. Dalam beberapa jenis pekerjaan, mungkin penyandang disabilitas memiliki keterbatasan, tapi dalam jenis pekerjaan lain, mungkin mereka memiliki kelebihan."
Nah, dari informasi yang saya dapat ini saya berkeinginan menuliskan opini saya juga mengenai lebih halus mana sih kata yang harus digunakan dalam berinteraksi atau sekedar menuliskan opini, berita. Jadi, yang dulunya mereka para penyandang difabilitas ini disebut oleh kita sebagai orang cacat, lalu diganti menjadi
disabilitas dan baru-baru ini banyak orang yang sedang mengkampanyekan penggantian dari kata disabilitas menjadi difabilitas.
Tentunya saya sebagai kaum muda yang ceplas ceplos dalam mengkritisi berbagai hal yang menurut saya kurang pas dengan ciri budaya Indonesia yang terlanjur dipandang ramah ini, ya saya akan menuliskan dengan gaya bahasa dan cara pandang saya sendiri.
Jadi lewat tulisan ini juga saya mengajak semua orang yang membaca tulisan ini tak terkecuali siapapun, untuk merubah paradigma kita masing - masing. Saya sangat setuju dengan tulisan Pak Ahmad Juwaini "Perubahan paradigma dari disabilitas menuju difabilitas bukan hanya bagian dari perilaku kita memanusiakan para difabilitas, tapi juga sekaligus sebagai jawaban atas sebagian permasalahan yang masih membelit bangsa Indonesia saat ini." Jadi mari kita sama-sama mensosialisasikan pergantian kata disabilitas menjadi difabilitas. Bersama kita mampu membawa perubahan ! Salam Blogger Indonesia!!
Spesial thanks to : Pak Ahmad Juwaini
Sumber inspirasi : http://www.dompetdhuafa.org/2013/02/08/dari-disabilitas-menuju-difabilitas/
Ditulis oleh Angga judul yang diriview - isi artikel rating 5
Posted by: Angga Kurniawan